Sunday, December 27, 2009

Kisah Tempayan Retak

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan satunya lagi tidak. Tempayan yang utuh selalu dapat membawa air penuh, walaupun melewati perjalanan yang panjang dari mata air ke rumah majikannya. Tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.

Hal ini terjadi setiap hari selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan utuh merasa bangga akan prestasinya karena dapat menunaikan tugas dengan sempurna. Di pihak lain, si tempayan retak merasa malu sekali akan ketidaksempurnaanya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya ia dapat berikan.

Setiap Orang Memiliki kekurangan

Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan pahit ini, tempayan retak berkata kepada si tukang air, “Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri dan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya” “mengapa?” tanya si tukang air,”mengapa kamu merasa malu ?””Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa. Adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita. Karena cacatku itu, saya telah membuat mu rugi.”

Si tukang air merasa kasihan kepada si tempayan retak, dan dalam belas kasihannya, ia menjawab,” Jika kita kembali ke rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.” Tuhan sanggup memakai kelemahan kita untuk maksud yang indah.

Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali merasa sedih karena separuh air yang dibawanya telah bocor dan kembali tempayan retak itu meminta maaf kepada si tukang air atas kegagalannya. Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu tidak memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu ? tapi tidak ada bunga di sepanjang jalan di sisi tempayan lain yang tidak retak itu ?” Itu karena aku selalu menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih bunga di sepanjang jalan di sisimu dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini, aku telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk dapat menghias meja majikan kita. Tanpa adanya kamu , majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”

Setiap orang memiliki cacat dan kelemahan sendiri. Kita semua adalah tempayan retak, namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk maksud tertentu. Dimata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma, Jangan takut akan kekuranganmu. Kenalilah kelemahanmu dan kamu dapat menjadi sarana keindahan Tuhan. Ketahuilah dalam kelemahan kita, kita menemukan kekuatan kita.

Dicopy paste dari http://www.resensi.net/tempayan-retak/2008/10/19/

Wednesday, December 23, 2009

Insan tawaduk sentiasa merendah diri, bijak bicara

Oleh Hashim Ahmad
bhagama@bharian.com.my

Berjalan atas bumi ini dengan tenang, usah sombong, jangan angkuh dan tidak bersikap kasar

KETIKA orang melontarkan ucapan buruk, mereka tidak membalas dengan ucapan yang sama namun memaafkannya. Mereka sentiasa berkata yang baik, tidak terpengaruh oleh kejahilan pihak yang melakukan kejahatan kepada mereka.

Hamba Allah yang penyayang adalah insan pilihan dengan peribadi diharapkan. Mereka dinyatakan secara tersendiri dalam lembaran firman Allah dan mendapat pujian khusus dari-Nya. Bagaimanakah ciri hamba yang memiliki kedudukan mulia itu?

  • Tawaduk iaitu rendah hati. Allah menggambarkan keadaan mereka dalam firman-Nya yang bermaksud: “(Ialah) orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati.” (Surah al-Furqan, ayat 63)

Sifat pertama seorang hamba yang menyandang gelaran ‘ibadurrahman‘ adalah tawaduk. Mereka berjalan atas bumi ini dengan tenang dan ringan, tidak sombong dan tidak angkuh, tidak berjalan dengan sangat cepat yang menunjukkan sikap kasar, juga tidak berjalan dengan sangat perlahan yang menunjukkan sifat malas dan letih. Insan pilihan ini berjalan dengan ringan, penuh semangat, tekad, kelelakian dan jiwa muda.

Firman Allah yang bermaksud: “Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan.” (Surah Luqman, ayat 19). Maknanya mereka bersederhana dalam semua urusan tidak berlebihan atau keterlaluan sekali.

Ibadurrahman berjalan di pelosok bumi untuk mencari rezeki dan tuntutan hidup dengan penuh kelembutan dalam batas yang diperkenankan Allah. Mereka tidak rakus, tamak, mensia-siakan kewajipan, melakukan hal yang diharamkan atau pun melakukan pembaziran.

Mereka teramat jauh daripada sikap keras, menghina orang lain, sombong, berbangga diri dan berbesar diri. Mereka tidak berbuat kerosakan di muka bumi, mencari ketinggian, lebih mendahulukan keuntungan dan bersenang-senang dengan kenikmatan kehidupan duniawi.

  • Lemah lembut. Sifat lemah lembut dinyatakan Allah melalui firman-Nya yang bermaksud: “Dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Surah al-Furqan, ayat 63)

Inilah sifat mereka ketika orang bodoh melontarkan ucapan buruk, mereka tidak membalas dengan ucapan yang sama, namun memaafkannya. Malah mereka mampu menahan lisan dan emosi daripada bersikap sama seperti orang yang jahil.

Nabi SAW menjadi ikutan mereka. Diriwayatkan, “Satu ketika ada seorang Arab Badwi datang kepada Rasulullah dan berkata kasar, lalu kaum Muslimin marah dan ingin mengajarnya, namun hal itu dicegah oleh Baginda. Baginda membalas sikap kasar itu dengan kasih sayang dan lemah lembut.” (Hadis Muttafaqun ‘alaih)

  • Banyak bersujud dan berdiri. Allah meneruskan gambaran peribadi ini dalam firman-Nya yang bermaksud: “Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (Surah al-Furqan, ayat 64)

Allah menyebut hamba-Nya sebagai orang yang mencintai malam hari dengan melakukan ibadah. Mereka bangun saat orang sedang nyenyak tidur, waspada saat orang lengah, sibuk mengingati Rabb mereka, menggantungkan jiwa dan anggota badan mereka kepada-Nya.

Ketika orang lain terlena dan merasa mantap dengan kehidupan duniawi, mereka inginkan ‘Arsy ar-Rahman sebab mereka mengetahui bahawa ibadah di kegelapan malam dapat menjauhkan mereka dari sifat riak. Ibadah pada malam hari juga membangkitkan kebahagiaan di hati dan ketenangan bagi jiwa serta penerangan bagi penglihatan mereka.

Saat berdiri di hadapan Alah dan mengarahkan mereka kepada-Nya, mereka merasakan kelazatan dan kebahagiaan yang tidak terkira. Tiada lagi rasa manis setelah manisnya beribadah kepada Allah, bermesra, dan menjalinkan hubungan dengan-Nya. Melakukan qiamulail sifat asli ‘ibadurrahman. Allah menyebut mereka dengan sifat itu dalam banyak ayat dan menganjurkan para Nabi melakukan hal itu.

  • Takutkan neraka. Firman Allah yang bermaksud: “Dan orang yang berkata, Ya Rabb kami, jauhkan azab Jahannam dari kami, sesungguhnya azab itu adalah kebinasaan yang kekal. Sesungguhnya Jahannam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (Surah al-Furqan, ayat 65-66)

Sekalipun ‘ibadurrahman sangat taat dan hari mereka dipenuhi dengan ketakwaan, namun sentiasa merasa amal dan ibadah mereka masih kurang. Mereka tidak melihat hal itu sebagai jaminan dan pemberi rasa aman daripada api neraka bila saja tidak mendapatkan curahan kurnia dan rahmat-Nya.

Sebab itu mereka selalu kelihatan takut, cemas dan khuatir dengan azab neraka jahanam. Mereka selalu memohon kepada Allah supaya menghindarkan mereka daripada azab neraka. Inilah sifat setiap mukmin yang bersungguh dalam berbuat taat kepada Allah.

Firman Allah yang bermaksud: “Dan orang yang takut terhadap azab Rabbnya, kerana sesungguhnya azab Rabb mereka tidak dapat orang merasa aman (dari kedatangannya).” (Surah al-Ma’arj, ayat 27-28)

Ibadurrahman juga tidak suka pembaziran. Syaitan selalu menyuruh berbuat keji dan mungkar tetapi hamba Allah akan bertanggungjawab di hadapan Allah terhadap harta mereka, dari mana mereka peroleh dan kepada siapa mereka infakkan.

Mereka juga tidak pernah kikir terhadap diri sendiri dan keluarga, dalam erti bersedia memberikan hak untuk hal yang diwajibkan Allah kerana mengetahui Allah mencela sifat kikir serta bakhil.

Firman Allah yang bermaksud: “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu menghulurkannya kerana itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Surah al-Isra’, ayat 29)

Dicopy paste dari http://nurjeehan.hadithuna.com/2008/10/insan-tawaduk-sentiasa-merendah-diri-bijak-bicara/


Thursday, December 17, 2009

Doa Akhir Tahun Dan Awal Tahun Hijrah

Doa Akhir Tahun - Dibaca beberapa minit sebelum masuk waktu maghrib (akhir waktu Asar)
Doa Awal Tahun- Dibaca selepas solat Maghrib hari awal tahun Hijrah

Selamat Menyambut Ma'al Hijrah

Salam 1431 Hijrah Pictures, Images and Photos

Tuesday, December 15, 2009

Sebab, Kesan Dan Cara Atasi Sombong

SEBAB – SEBAB SOMBONG itu dimiliki seseorang apabila:

i. Memiliki kuasa sama ada kuasa besar ataupun kecil.
ii. Mempunyai pengetahuan sama ada dunia atau akhirat.
iii. Mempunyai harta kekayaan
iv. Mempunyai kegagahan iaitu kekuatan fizikal atau kepandaian dalam ilmu
v. Keturunan. Ada sombong kerana keturunan bangsawan , keturunan ulama dll.
vi. Berwajah tampan, cantik, disayangi oleh bos, dll.
vii. Bukan sebab diatas tapi mungkin dia seorang miskin, jahil, cacat, lemah sedangkan dia tetap sombong.

KESAN SIFAT SOMBONG ke atas seseorang itu:

(a) Orang benci kepadanya. Fitrah semulajadi manusia tidak suka kepada orang yang bersifat sombong.
Mudah marah di mana kebiasaannya kemarahan akan berakhir dengan perbalahan.
(b) Bila wujud sifat sombong akan lahir pula penyakit mudah berdendam, hasad dengki dan mudah bertindak balas di atas kesilapan orang lain.
(c) Kesombongan sangat membahayakan masyarakat manusia dan dunia seluruhnya. Lantaran itu Allah sangat murka dan tempatkan mereka ini di neraka bersama Firaun, Namrud, Hamman dan lain-lain yang angkuh dan zalim.

CARA–CARA ATASI KESOMBONGAN:

Memandangkan betapa bahayanya penyakit hati ini maka usaha–usaha mesti di buat untuk membendungnya. Beberapa panduan dan kaedah bagi mengikis buang dan mengubatinya :

(a)Ada ilmu tentang sifat-sifat mazmumah – Perlunya ilmu kerana ia merupakan sifat batiniah payah di kesan tetapi mudah di kesan orang lain.
(b) Bawa berfikir tentang kejadian manusia – Sedarkan bahawa kejadian manusia adalah sama. Yakni daripada tanah dan mati kembali ketanah semula. Walaubagaimana hebat sekalipun orang itu, kejadian sama dengan orang lain.
(c) Fikirkan dan sedarkan hati kita bahawa kejadian manusia yang kedua adalah daripada air mani – Ertinya kejadian manusia itu tiada bezanya antara satu dengan yang lain samaada kaya, berilmu, pembesar dll.
(d) Melihat respon orang lain terhadap kita – Dalam pergaulan hidup dapat kesan respon orang lain kepada kita.
(e) Ambil iktibar daripada pengalaman hidup – Apabila ada kelebihan, keistimewaan dan kehebatan bolehkah kita bersikap sombong? Apakah kita berkuasa mengelakkan diri daripada sakit? Apakah kita mampu melawan kuasa tentera Allah? Apakah kita mampu melawan kematian? Jawabnya tentu tidak. Kalau begitu kenapa kita merasakan diri kita lebih dari lain.
(f) Ingat azab Allah untuk sombong – Ingat dihati bahawa sifat sombong sangat dimurkai Allah. Akibatnya kita dicampakkan ke neraka yang panas apinya 70 kali ganda api dunia dan dalamnya 70 ribu tahun perjalanannya baru sampai ke dasarnya.
(g) Ingatlah neraka yang keseluruhannya api- diatasnya, dibawahnya, dikanan kirinya adalah api yang memakan dan menghanguskan daging-daging dan tulang belulang manusia. Kemudian di ganti dengan tubuh yang baru dan diseksa lagi. Begitulah berulang-rulang sepanjang masa.
(h) Walhal di waktu kita dibelenggu kaki dan tangan serta dicemeti berterusan oleh malaikat Zabaniah, bau neraka yang busuk tak dapat digambarkan. Kalau ditakdirkan bau itu dicium penduduk dunia akan matilah semua lantaran busuknya.

Perkara di atas perlu difikirkan dan direnungkan dan diingatkan selalu dalam hati agar tidak lupa. Kesannya diharap akan menakutkan untuk kita bersikap sombong atau ego. Harapan kita moga-moga Allah sentiasa memimpin kita agar menjadi hamba yang merendah diri.

Petikan dari tazkirah Apa Itu Kibir oleh Tn Haji Mohd Sanusi Ismail

Sunday, December 6, 2009

Tanda-tanda Ego

Suatu zaman yang tersangat dahulu, tatkala diperintah untuk sujud pada Adam, syaitan berkata "What? Sujud pada Adam? Sorry le. Patutnya dia yang kena sujud pada aku coz aku lebih senior! Aku lebih mulia dari dia! Aku dari api sedangkan dia hanya dari tanah!!!"

BAPA orang-orang ego ialah syaitan. Timbulnya ego berpunca dari sifat-sifat ke'aku'an, iaitu bila terasa diri lebih 'best' dari orang lain. Mula-mula ego dengan manusia, kemudian ego dengan Tuhan. Itulah
perangai syaitan. Syaitan juga mencipta sejarah sebagai makhluk pertama yang berputus asa dari rahmat ALLAH. Begitulah secara ringkas sejarah penyakit ego ini.

Berikut adalah di antara tanda-tanda ego. Marilah kita selidik-selidik diri kita, kot-kot kita tergolong dalam golongan orang ego. Rasulullah S.A.W. pernah bersabda; "Tidak akan masuk Syurga seseorang yang di dalam hatinya masih terdapat satu zarah dari sifat sombong." - Hadis Riwayat Muslim.

Antara tanda-tanda ego...
1. Apabila diberi jawatan terasa seronok dan terhibur. Rasa diri memang layak untuk mendapat jawatan.
2. Apabila tidak dilantik, rasa tidak senang. Tidak mahu terima kepimpinan yang telah ditunjuk.
3. Kalau dia seorang pemimpin, arahannya kepada anak buah selalu kasar dan mesti dipatuhi.
4. Kalau dia merupakan seorang pengikut, payah mahu taat kepada arahan pemimpin.
5. Emosional, mudah tersinggung.
6. Mudah marah, cepat melenting.
7. Suka berkawan dengan orang yang lebih kekurangan dari dirinya dengan niat supaya beliau nampak lebih menonjol.
8. Payah mahu menerima pandangan orang lain.
9. Dalam sesuatu majlis tidak senang kalau orang lain memberi pandangan.
10.Dalam sesuatu majlis suka memotong cakap orang lain.
11.Suka hanya pandangannya sahaja yang diterima.
12.Tidak senang atas kemajuan yang tercetus di tangan orang lain.
13.Bercakap selalunya dengan suara tinggi. Tak boleh dicabar, pasti akan mencabar.
14.Tidak berdoa selepas menunaikan solat, sekalipun sebentar.
15.Sengaja melewat-lewatkan sembahyang tanpa uzur yang syarie.

Itulah antara tanda-tanda ego. Amacam? Ada tak sifat sombong dan ego pada diri kita? Kalau tak ade syukur le... kalau ada baiklah bertaubat segera... sebelum syaitan mengaku kita nie suku-sakat dia.

Dicopy paste dari http://www.mymasjid.net.my/forum/display/206239/tandatanda-keegoan/

Thursday, December 3, 2009

Tanda-tanda Ego

Sedikit sangat orang yang memiliki sifat ego, yang dia menyedari bahawa dirinya memiliki sifat keji tersebut. Natijah tidak menyedari adanya ego itulah maka tercetus berbagai perselisihan dan sengketa di dalam masyarakat. Ini berpunca kerana masing-masing diri dengan sifat ego tersebut bertembung dengan orang lain yang juga memiliki sifat yang sama. Dalam Keadaan mereka sama-sama pula tidak menyedari memiliki sifat ego.

Untuk mengetahui samada memiliki sifat ego atau tidak maka perlulah disuluh dengan ilmunya. Ilmu yang menjelaskan tentang ciri-ciri ego tersebut. Namun begitu bukanlah mudah untuk membuang sifat ego itu biarpun sudah mengetahui ciri-cirinya. Kerana ego adalah sifat keji pada batin. Ego adalah salah satu mazmumah yang bersarang di hati. Sebarang mazmumah bukan mudah hendak dikikis atau dipadamkan. Mazmumah tidak seperti penyakit lahiriah yang mudah diubat. Doktor malah doktor pakar memang bersedia merawat penyakit lahiriah. Penyakit batin atau mazmumah hanya boleh dirawat oleh mursyid yang benar-benar arif. Mursyid inilah yang sangat sukar ditemui. Betapalah pula manusia kini sudah tidak peduli dan tidak berminat untuk mengubati penyakit batin.

Sifat ego adalah penyakit batin. Ianya adalah abstrak atau maknawiyah, yang tidak dapat dilihat dengan mata kasar. Namun tetap dapat dikesan melalui tanda-tanda lahiriah pada sikap seseorang itu. Atau dengan kata lain, sifat ego itu ada manifestasi atau implikasinya. Berdasarkan sikap dan tanda-tanda yang terserlah itulah dapat mengenali seseorang itu memiliki sifat ego. Di antara ciri-ciri ego itu adalah seperti berikut :-

Menolak Tuhan. Inilah peringkat paling tinggi keegoan manusia. Tidak mahu mengakui akan kewujudan Tuhan ini yang menjadikan mereka berada di dalam kekufuran.
Menolak kebenaran. Biarpun terdapat golongan yang mengakui kewujudan Tuhan namun mereka yang salah faham akan keliru tentang Tuhan turut meletakkan diri mereka di dalam kekufuran. Turut berada di dalam kategori ini ialah mereka yang menolak kerasulan Nabi Muhammad SAW. Terdapat pula yang mengakui Allah SWT dan kerasulan Nabi Muhammad, namun mereka menolak kebenaran ajaran Allah SWT dan Rasulullah SAW. Mereka yang seumpama ini boleh jatuh kepada murtad atau kufur. Penolakan atas dasar lemah iman dan tidak boleh melawan tuntutan nafsu, syaitan dan kepentingan dunia maka kedudukan mereka sebagai zalim. Andainya berpunca dari kejahilan, namun tidak terlepas juga sebagai mereka yang ego tinggi yang dihukumkan sebagai fasik.
Golongan ini pula sangat meremehkan dosa pahala dan tidak suka memperkatakannya. Apa sahaja yang dibuat tidak mahu dikaitkan dengan persoalan dosa pahala atau halal haram. Keegoan mereka ini seolah-olah mahu bebas. Tidak mahu adanya sebarang keterikatan dengan hukum Allah SWT. Begitu juga dalam kontek kekuasaan Allah SWT, mereka tidak mahu mengaitkan sesuatu peristiwa atau perkara itu dengan bukti kekuasaan allah SWT yang Maha Kuasa. Sesuatu kejadian samada kejayaan, kegagalan mahupun musibah pada mereka lebih nampak kepada sebab atau faktor kejadian tersebut. Dalam soal usaha ikhtiar, mungkin juga boleh diterima sebagai faktor sebab yang terhasilnya sesuatu yang hakikatnya dengan izin Allah SWT. Apa yang anehnya sebagai memperlihatkan ego adalah bencana alam seperti gempa bumi, banjir, kemarau, jerebu, tanah runtuh yang sifatnya tidak ada campur tangan manusia, pun tidak mahu disandarkan kepada kekuasaan Allah SWT. Lantas dengan cepat mereka mengatakan itu semua adalah lumrah alam atau perkara biasa.
Tidak mahu menerima dari orang atau pihak lain. Seolah-olah merasa rendah atau tercabar atau terhina andainya kebenaran itu keluar dari mulut orang lain. Lebih-lebih lagi sekiranya sesuatu yang benar itu datangnya daripada orang bawahannya atau orang yang dianggap status sosialnya lebih rendah.
Ego juga dapat dilihat bilamana seringkali menzalimi orang lain apabila seseorang itu memiliki kuasa. Dia akan gunakan kuasa itu bukan sebagai amanah atau tanggungjawab tetapi sebagai peluang untuk menindas atau mendatangkan kesusahan kepada orang lain. Andainya roda pusingan kehidupan menjadikan gilirannya pula berada di bawah atau menjadi pengikut, ketika itu dia akan menjadi orang yang paling sukar untuk taat setia kepada pihak atasannya. Egonya itu membuatkan dia menjadi amat sukar untuk tunduk kepada peraturan dan perintah ketuanya.
Sering sahaja bercekak pinggang sebagai gambaran membesar diri. Sifat egonya itu terzahir dalam perbuatan bercekak pinggang biarpun tanpa disedarinya.
Payah hendak bertegur sapa kecuali kalau orang lain mendahuluinya. Dia merasakan tidak layak untuk menghormati orang lain seolah-olah orang lain yang patut menghormati dirinya.
Isi perbualan atau percakapannya sering saja melebihkan diri biarpun dalam nada tutur kata yang lunak. Apatah lagi bila ada peluang bercakap besar dan lantang.
Selalu berwajah serius dan masam. Ditambah pula dengan sikap yang kurang mesra.
Sangat memilih kawan terutamanya di kalangan orang yang setaraf sahaja. Kadang-kadang lebih suka berada di tengah-tengah orang yang lebih rendah bukan kerana merendah diri tetapi mengharapkan agar dirinya kelihatan lebih menonjol. Dan begitulah sebaliknya cuba mengelak berkawan dengan orang yang lebih atas kerana tidak mahu kelihatan dirinya rendah.
Sangat mudah tercabar oleh kebaikan orang lain. Apatah lagi apabila dicabar maka sangat tidak dapat menguasai emosi. Mudahnya tercabar itu samada akan memberi tindak-balas atau terus merajuk dan membawa hati.
Mudah menjadi marah terutamanya kalau orang lain yang membuat silap, lebih-lebih lagi kalau kesilapan itu tertimpa ke atas dirinya.
Kalau dia terbukti bersalah sangat sukar untuk meminta maaf. Dan apabila orang lain yang bersalah pula sangat sukar memaafkan.
Tidak boleh ditegur atau tidak mahu menerima teguran. Teguran boleh menyebabkan dia sakit hati malah timbul dendam terhadap orang yang menegurnya.
Sangat suka dipuji malah sentiasa menunggu-nunggu sahaja akan pujian orang kepadanya. Kalau dia mendengar pujian terhadap orang lain di hadapannya maka timbul sakit hati kepada orang yang memuji itu dan sakit hati kepada orang yang dipujinya.
Sangat suka berbahas. Dalam perbahasan pula sering meninggikan suara. Berbahas pula bukan hendak mencari kebenaran tetapi hendakkan kemenangan walaupun salah.

Kesan sifat ego ini sangat merbahaya dan dahsyat. Lihat sahajalah Firaun, Namrud dan Hamman, kerana egolah mereka sanggup menderhakai Tuhan. Bahkan sanggup mati di dalam kekufuran. Biarpun berbagai bencana Tuhan datangkan sebagai amaran dan ancaman, semuanya tidak menjadi pengajaran, iktibar dan ingatan. Apalah ertinya mempertahankan ‘kenikmatan’ ego itu sedangkan menanggung seksa dan laknat Allah SWT.

di copy paste dari http://matlori.wordpress.com/2009/11/02/tanda-tanda-ego/